Jumat, 11 Februari 2011

Model Pembelajaran
1. Pengertian model pembelajaran
Sebelum membahas lebih jauh tentang model pembelajaran, terlebih dahulu kita mengenal istilah model. Secara sederhana model dapat diartikan sebagai suatu pola sistematis yang dapat dijadikan acuan dalam melakukan suatu tindakan/ perbuatan. Menurut Mills (1989:4), model adalah bentuk reprensentasi akurat, sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Sedangkan Pribadi (2009: 86) menjelaskan bahwa model adalah sesuatu yang menggambarkan adanya pola berpikir. Selain itu, menurutnya model juga dapat dipandang sebagai upaya untuk mengkonkretkan sebuah teori sekaligus juga merupakan sebuah analogi dan representasi dari variabel-variabel yang terdapat di dalam teori tersebut.
Sementara itu, model pembelajaran menurut Joyce & Weil (2011) adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk mernbentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Selanjutnya, menurut Joyce model pembelajaran dapat juga diartikan sebagai suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Dan bahwa setiap model pembelajaran mengarah kepada desain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Soekamto, dkk. (dalam Nurulwati, 2000) mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Eggen dan Kauchak bahwa model pembelajaran memberikan kerangka dan arah bagi guru untuk mengajar.
Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu kerangka konseptual yang dapat dijadikan pedoman dalam merancang kurikulum, bahan- bahan pembelajaran, dan aktivitas pembelajaran berdasarkan kurikulum yang berlaku untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
2. Jenis- jenis model pembelajaran
Dalam mendesain pembelajaran yang efektif, efesien dan menarik, maka seorang guru perlu memahami model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar. Banyak jenis model pembelajaran yang dapat dijadikan referensi dalam mengembangkan model pembelajaran. Guru dapat mengembangkan model pembelajaran yang telah ada atau menggabungkan beberapa model menjadi model pembelajaran yang baru.
Berdasarkan karakteristik dari setiap model pembelajaran tersebut, Joyce dan Weil mengklasifikasi model-model pembelajaran kedalam empat rumpun model, yaitu rumpun model pengolahan informasi (the information processing models), rumpun model personal (personal models), rumpun model interaksi sosial (social models), dan rumpun model sistem perilaku (behavioral systems). Berikut ini dijelaskan satu persatu.
a. Rumpun model pengolahan informasi (the information processing models)
Model-model pembelajaran dalam rumpun pemrosesan Informasi bertitik tolak dari prinsip-prinsip pengolahan informasi, yaitu yang merujuk pada cara-cara bagaimana manusia menangani rangsangan dari lingkungan, mengorganisasi data, mengenali masalah, menyusun konsep, memecahkan masalah, dan menggunakan simbol-simbol. Beberapa model pembelajaran dalam rumpun ini berhubungan dengan kemampuan pebelajar (peserta didik) untuk memecahkan masalah, dengan demikian peserta didik dalam belajar menekankan pada berpikir produktif. Sedangkan beberapa model pembelajaran lainnya berhubungan dengan kemampuan intelektual secara umum, dan sebagian lagi menekankan pada konsep dan informasi yang berasal dari disiplin ilmu secara akademis.
Jenis model-model pembelajaran yang termasuk ke dalam rumpun pemrosesan informasi ini adalah seperti tertera pada tabel 2.1. berikut ini.
Tabel 2.1.
Model- Model Pembelajaran Rumpun Pemrosesan Informasi

No. Nama Model
Pembelajaran Tokoh Misi/tujuan/manfaat
1 Berpikir Induktif
Hilda Taba Ditujukan secara khusus untuk pembentukan kemampuan berpikir induktif yang banyak diperlukan dalam kegiatan akademik meskipun diperlukan juga untuk kehidupan pada umumnya. Model ini memiliki keunggulan melatihkan kemampuan menganalisis informasi dan membangun konsep yang berhubungan dengan kecakapan berpikir.
2. Pembentukan
konsep
Jerome
Bruner,
Goodnow,
dan Austin Dirancang terutama untuk pembentukan kemampuan berpikir induktif, peserta didik
dilatih mempelajari konsep secara efektif.
3 Latihan inkuari
Richard
Suchman Sama dengan model berpikir induktif, model ini ditujukan untuk pembentukan kemampuan berpikir induktif yang banyak diperlukan dalam kegiatan akademik meskipun diperlukan juga untuk kehidupan pada umumnya.
4 Perkem-bangan
kognitif
Jean Piaget,
Irving Sigel,
Edmun
Sullivan,
Lawrence
dan
Kohlberg Dirancang terutama untuk pembentukan kemampuan berpikir/pengembangan intelektual pada umumnya, khususnya berpikir logis, meskipun demikian kemampuan ini dapat diterapkan pada kehidupan sosial dan pengembangan moral.

5 Advance
organizer
David
Ausubel Dirancang untuk meningkatkan kemampuan mengolah informasi melalui penyajian materi beragam (ceramah, membaca, dan media lainnya) dan menghubungkan pengetahuan baru dengan struktur kognitif yang telah ada.

6 Mnemonics
Pressley,
Levin,
Delaney Strategi belajar untuk mengingat dan mengasimilasi informasi.
Penerapan model ini diarahkan pada pengembangan-pengembangan daya cipta akal siswa, berpikir kritis siswa, dan penilaian mandiri siswa.
Dalam penerapan model ini, guru perlu mempersiapkan segala sesuatu yang mendukung penyajiannya, seperti alat peraga, buku sumber dll, ia harus siap melaksanakan tiga macam sintaks model. Langkah-langkah ini biasanya ditempuh dengan menggunakan metode diskusi dan pemberian tugas yang secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Langkah konfrontasi, yaitu guru mengkonfrontasikan atau menghadapkan para siswa pada permasalahan yang menentang, penuh tanda tanya, dan terkadang tak masuk akal. Caranya ialah dengan mengajukan pertanyaan yang pelik tetapi masih setara dengan perkembangan ranah kognitif siswa.
2) Langkah inquiry, merupakan proses pengunaan intelek siswa dalam memperoleh pengetahuan dengan cara menemukan dan mengorganisasikan konsep-konsep ke dalam sebuah tatanan yang menurut siswa tersebut penting (Barlow, 1985). Selama proses inquiry guru perlu memberi peluang kepada siswa agar lebih banyak mengembangkan kreativitas sendiri dalam memecahkan masalah.
3) Langkah transfer. Pada tahap akhir ini diharapkan kemampuan-kemampuan ranah cipta dan rasa yang sudah dimiliki oleh siswa dapat mempermudah penyelesaian-penyelesaian tugas pembelajaran berikutnya. Selain itu, kiat kognitif siswa dalam memecahkan masalah diharapkan dapat memberi dampak positif atau dapat digunakan lagi untuk memecahkan masalah-masalah baru (Lawson, 1991).
b. Rumpun model personal (personal models)
Rumpun model personal bertolak dari pandangan kedirian atau “selfhood” dari individu. Proses pendidikan sengaja diusahakan yang memungkinkan seseorang dapat memahami diri sendiri dengan baik, sanggup memikul tanggung jawab untuk pendidikan dan lebih kreatif untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Penggunaan model-model pembelajaran dalam rumpun personal ini lebih memusatkan perhatian pada pandangan perseorangan dan berusaha menggalakkan kemandirian yang produktif sehingga manusia menjadi semakin sadar diri dan bertanggung jawab atas tujuannya.
Jenis-jenis model pembelajaran pribadi seperti tercantum pada tabel 2.2.
Tabel 2.2. Model-Model Pembelajaran Personal (Pribadi)

No. Nama Model
Pembelajaran Tokoh Misi/tujuan/manfaat
1 Pengajaran Non
Direktif
Carl Rogers Penekanan pada pembentukan kemampuan belajar sendiri untuk mencapai pemahaman dan penemuan diri sendiri sehingga terbentuk konsep diri. Model ini menekankan pada hubungan guru-peserta didik.
2. Latihan
Kesadaran
Fritz Perls
William Schutz Pembentukan kemampuan menjajagi dan
menyadari pemahaman diri sendiri.
3 Sinektik
William
Gordon Pengembangan individu dalam hal kreativitas dan pemecahan masalah kreatif.
4 Sistem
Konseptual
David Hunt Didisain untuk meningkatkan kompleksitas pribadi dan fleksibilitas.
5 Pertemuan kelas
William
Glasser Pengembangan pemahaman diri dan tanggungjawab pada diri sendiri dan kelompok sosial lainnya.

Adapun langkah-langkah atau syntax dalam mengaplikasikan model pembelajaran personal/ pribadi, yaitu:
1) Menentukan situasi yang membantu. Tahapan ini dilakukan pada wawancara awal. Guru harus pandai-pandai menyusun daftar pertanyaan yang membuka jalan bagi siswa klien untuk mengekspresikan secara bebas hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi. Jadi, tahapan ini lebih bersifat penjajagan masalah.
2) Mendorong/memotivasi siswa klien untuk mengekspresikan segala perasaan yang ada, baik yang bersifat positif maupun negatif.
3) Mengembangkan insight, dalam arti mengerti dan menyadari sendiri tentang arti, sebab, dan akibat perilakunya pada masa lalu yang bermasalah. Peranan guru dalam hal ini memberi akses keterusterangan siswa klien, agar jenis masalah yang akan dipecahkan pada langkah selanjutnya dapat ditentukan rumusannya.
4) Memotivasi siswa klien sambil membantuk membuat keputusan tentang jenis masalah dan membuat rencana pemecahan masalah tersebut. Dalam hal ini, yang dilakukan guru adalah menawarkan alternatif-alternatif penentuan jenis masalah dan prosedur pemecahannya untuk dijadikan acuan siswa tersebut dalam menyelesaikan masalahnya sendiri. Jadi yang mengatasi masalah bukan guru pembimbing melainkan siswa klien itu sendiri.
5) Memotivasi siswa klien untuk mengambil keputusan mengenai jenis masalah dan tindakan-tindakan positif. Guru pembimbing tinggal memantau pelaksanaan tindakan-tindakan siswa tersebut sambil bersiap siaga membantu menyingkirkan atau mengurangi hambatan yang mungkin merintangi tindakan positif siswa.
c. Rumpun model interaksi sosial (social models)
Penggunaan rumpun model interaksi sosial ini menitik beratkan pada pengembangan kemampuan kerjasama dari para siswa. Model pembelajaran rumpun interaksi sosial didasarkan pada dua asumsi pokok, yaitu (a) masalah-masalah sosial diidentifikasi dan dipecahkan atas dasar dan melalui kesepakatan-kesepakatan yang diperoleh di dalam dan dengan menggunakan proses-proses sosial, dan (b) proses sosial yang demokratis perlu dikembangkan untuk melakukan perbaikan masyarakat dalam arti seluas-luasnya secara build-in dan terus menerus.
Jenis-jenis model pembelajaran rumpun Interaksi sosial adalah seperti dalam tabel 2.3. berikut ini.




Tabel 2.3. Model-model Pembelajaran Interaksi Sosial

No. Nama Model
Pembelajaran Tokoh Misi/tujuan
1 Kerja
kelompok.
(investigation
group)
Herbert Thelen
John Dewey Mengembangkan keterampilanketerampilan untuk berperan dalam kelompok yang menekankan keterampilan komunikasi interpersonal dan keterampilan inkuari ilmiah. Aspek-aspek pengembangan pribadi merupakan hal yang penting dari model ini.
2. Inkuari Sosial
Byron Massialas
Benjamin Cox Pemecahan masalah sosial, utamanya melalui inkuari ilmiah dan penalaran logis.
3 Jurisprudential
National Training
Laboratory
Bethel,Maine
Donald Oliver
James P.Shaver Pengembangan keterampilan interpersonal dan kerja kelompok untuk mencapai, kesadaran, dan fleksibilitas pribadi. Didisain utama untuk melatih kemampuan mengolah informasi dan menyelesaikan isu kemasyarakatan dengan kerangka acuan atau cara berpikir Jurisprudensial (ilmu tentang Hokum-hukum manusia).
4 Role playing
(Bermain
peran)
Fannie Shaftel
George Shafted Didisain untuk mengajak peserta didik dalam menyelidiki nilai-nilai pribadi dan sosial melalui tingkah laku mereka sendiri dan nilai-nilai yang menjadi sumber dari penyelidikan itu
5 Simulasi Sosial Sarene Boocock, Didisain untuk membantu pengalaman peserta didik melalui proses sosial dan realitas dan untuk menilai reaksi mereka terhadap proses-proses sosial tersebut, juga untuk memperoleh konsep-konsep dan keterampilan-keterampilan pengambilan keputusan.

d. Rumpun model sistem perilaku (behavioral systems)
Rumpun model sistem perilaku mementingkan penciptaan sistem lingkungan belajar yang memungkinkan penciptaan sistem lingkungan belajar yang memungkinkan manipulalsi penguatan tingkah laku (reinforcement) secara efektif sehingga terbentuk pola tingkah laku yang dikehendaki. Model ini memusatkan perhatian pada perilaku yang terobservasi dan metode dan tugas yang diberikan dalam rangka mengkomunikaksikan keberhasilan.
Adapun jenis-jenis model pembelajaran perilaku seperti pada tabel 2.4.
Tabel 2.4. Model-model Pembelajaran Rumpun Perilaku

No. Nama Model Tokoh
Misi/tujuan
1 Contingency Management (manajemen dari akibat / hasilperlakuan) B.F. Skinner Fakta-fakta, konsep-konsep dan
Keterampilan
2 Self Conrol B.F. Skinner Perilaku sosial/ keterampilan-keterampilan
3 Relaksasi Rimm & Masters
Wolpe Tujuan-tujuan pribadi
4 Stress Reduction
(pengurangan stres) Rimm & Masters Cara relaksasi untuk mengatasi
kecemasan dalam situasi sosial
5 Assertive Training (Latihan
berekspresi) Wolpe, lazarus,
Salter Menyatakan perasaan secara
langsung dan spontan dalam
situasi sosial
6 Desensititation Wolpe Pola-pola perilaku, keterampilan–keterampilan
7 Direct training
Gagne
Smith & Smith Pola tingkah laku, keterampilan-keterampilan.


Langkah-langkah (syntax) yang dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran dengan mengikuti model pembelajaran perilaku, yaitu:
1) Langkah orientasi. Pada tahap pertama ini guru dianjurkan menyusun framework (kerangka kerja pengajaran). Dalam kerangka tersebut ditetapkan hal-hal sebagai berikut: pokok bahasan materi pelajaran, keterampilan yang harus dikuasai siswa setelah mempelajari materi pelajaran, tugas dan tanggung jawab murid dalam melakukan belajar.
2) Langkah penyajian. Pada tahap kedua guru menjelaskan konsep konsep yang terdapat dalam pokok bahasan, serta mendemonstrasikan keterampilan yang berhubungan dengan materi pelajaran.
3) Langkah strukturisasi latihan. Pada tahap ketiga ini guru memperlihatkan contoh-contoh mempraktikkan keterampilan sesuai dengan urutan yang telah dijelaskan pada waktu penyajian materi. Dianjurkan untuk memakai media seperti video tape recorder, OHP, LCD atau gambar-gambar agar lebih mudah ditangkap oleh siswa.
4) Langkah praktik. Pada tahap keempat ini guru menginstruksikan kepada para siswa untuk mempraktikkan keterampilan yang telah diajarkan. Dalam hal ini guru cukup memonitar praktik yang dilakukan oleh siswa apakah sudah benar sesuai dengan teori yang diajarkan.
5) Langkah praktik bebas. Pada tahap terakhir ini guru dapat memberi kebebasan kepada para siswa untuk mempraktikkan sendiri keterampilan yang telah dikuasai. Hal ini bisa diterapkan bila siswa telah mengusai meteri dengan tingkat akurasi (ketepatan) keterampilan minimal 90 persen.