Oleh : Hajriana
Pendahuluan
Sebelum adanya perubahan paradigma pendidikan, dari teacher centre ke student centre, siswa dalam pembelajaran merupakan objek, bukan subjek, ketergantungan kepada seorang guru sangat besar. Selain itu, ukuran keberhasilan belajar siswa selalu dinilai dari prestasi akademik yang mereka peroleh, sedangkan prestasi non akademik belum diperhatikan.
Selain itu, sekolah menjadi pengalaman yang menakutkan dan membosankan. Di sekolah hanya ada ruang belajar yang sesak dengan jumlah siswa yang melebihi kapasitas, sebuah papan tulis, kapur tulis, meja dan kursi yang disusun berjejeran. Kemudian di sekolah siswa dijejali dengan materi yang sangat banyak, dipaksa menghafal banyak materi pelajaran, dan mencatat pelajaran yang sedang dijelaskan oleh guru.
Saat ini, setelah perubahan paradigma yang menjadikan siswa sebagai subjek pembelajaran, sekolah diupayakan untuk menjadi tempat yang menyenangkan, siswa belajar dengan penuh motivasi, inspiratif, kreatif, dan diupayakan agar pendidikan dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman agar dapat menjawab tantangan dalam kehidupan mereka yang akan datang.
Perubahan ini diharapkan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Dalam peraturan pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional pendidikan. Pasal 19 dari peraturan pemerintah ini berbunyi sebagai berikut :
1. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisifasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
2. Selain ketentuan sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1), dalam proses pembelajaran pendidik memberikan keteladanan
3. Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efesien.
Pengertian Kreativitas
Defenisi kreativitas banyak dikemukakan oleh para ahli, namun tidak ada defenisi yang dapat diterima secara universal. Rhodes (1961, dalam Isaken, 1987 dalam Utami Munandar, 2004) menganalisis defenisi kreativitas dan menyimpulkan bahwa pada umumnya kreativitas dirumuskan dalam istilah pribadi (person), proses dan produk. Rhodes (dalam Utami Munandar, 2004) menyebutkan defenisi kreativitas sebagai “Four P’s of creativity: person, process, press, product".
Torrance (1998) memilih defenisi kreativitas sebagai proses dan menghubungkan antara keempat defenisi kreativitas itu sebagai berikut; dengan berfokus pada proses kreatif, dapat ditanyakan jenis pribadi yang bagaimanakah akan berhasil dalam proses tersebut, macam lingkungan yang bagaimanakah akan memudahkan proses kreatif, dan produk yang bagaimanakah yang dihasilkan dari proses kreatif?.
Untuk lebih memahami defenisi kreativitas, para pakar menjelaskan defenisi empat p tersebut sebagai berikut:
1. Pribadi.
Menurut Hulbeck (1945) yang memandang kreatifitas sebagai pribadi mengatakan bahwa tindakan kreatif muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya.
Utami munandar mengemukakan ciri-ciri kepribadian yang kreatif seperti fleksibilitas, toleransi terhadap kedwiartian, dorongan untuk berprestasi dan mendapat pengakuan, keuletan dalam menghadapi rintangan, dan pengambilan resiko yang moderat.
2. Proses
Defenisi proses yang terkenal adalah defenisi Torrance (1988) tentang kreativitas yang pada dasarnya menyerupai langkah-langkah dalam metode ilmiah, yaitu:
…the process of 1) sensing difficulties, problems, gaps in information, missing elements, something asked; 2) making guesses and formulating hypotheses about these deficiencies; 3) evaluating and testing these guessesand hypotheses; 4) possibly revising and retesting them; and finally; 5) communicating the results.
Adapun langkah-langkah proses kreatif menurut Wallas (1926), meliputi tahap persiapan, inkubasi, iluminasi, dan verifikasi.
3. Produk
Rogers (dalam Vernon, 1982) mengemukakan criteria untuk produk kreatif ialah:
a. Produk itu harus nyata (observable)
b. Produk itu harus baru,
c. Produk itu adalah hasil dari kualitas unik individu dalam interaksi dengan lingkungannya.
4. Press
Kategori keempat adalah press atau dorongan, baik dorongan internal yakni dorongan dari diri sendiri berupa keinginan dan hasrat untuk mencipta atau bersibuk diri secara kreatif, maupun dorongan eksternal dari lingkungan sosial dan psikologis.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kreativitas (creativity) dapat dilihat dari sudut pandang ciri-ciri pribadi yang kreatif, proses yang membentuk kreativitas, produk yang dihasilkan dari proses kreatif dan dorongan yang mendukung munculnya kreativitas.
Sementara, orang yang berpikir kreatif, memiliki karakteristik; kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), orisinalitas (original), merinci dan mengembangkan (elaboration) Sedangkan orang yang memiliki kemampuan kreatif adalah, yang mampu; menciptakan gagasan/ide, mengenal kemungkinan alternative, melihat kombinasi yang tidak diduga, memiliki keberanian untuk mencoba sesuatu yang tidak lazim.
Pembelajaran Kreatif
Salah satu dorongan (press) eksternal yang dapat mendorong keinginan kreatif yaitu lingkungan sekolah. Di lingkungan sekolah dapat diciptakan situasi dan kondisi yang mendorong pengembangan kreativitas bagi siswa, misalnya dalam proses pembelajaran kreatif.
Pembelajaran kreatif merupakan usaha membangun pengalaman belajar siswa dengan berbagai keterampilan proses untuk mendapatkan pengalaman dan pengetahuan baru, melalui penciptaan kegiatan belajar yang beragam dan mengkondisikan suasana belajar sehingga mampu memberikan pelayanan pada berbagai tingkat kemampuan dan gaya belajar siswa, serta siswa lebih terpusat perhatiannya secara penuh.
Ada beberapa hal yang dapat diperhatikan dalam membangkitkan kreativitas siswa melalui proses pembelajaran, sebagai berikut:
1. Guru
Guru memiliki peran besar dalam mendidik siswa untuk berprestasi, termasuk membantu anak mengembangkan kreativitasnya. Yang dapat dilakukan seorang guru yaitu dengan mendorong motivasi instrinsiknya. Guru dapat mendorong semua siswa belajar semua bidang keterampilan di sekolah, sehingga anak dapat memperoleh keterampilan kreatif melalui model-model berpikir dan bekerja kreatif. Seorang guru dapat memberikan gagasan, saran, dan bimbingan, tetapi tidak memberikan jawaban dan petunjuk eksplisit, jadi anak dapat mencetuskan gagasan sendiri.
2. Falsafah Mengajar
Utami Munandar menawarkan falsafah mengajar yang dapat mendorong kreativitas anak secara keseluruhan, sebagai berikut:
a. Belajar adalah sangat penting dan sangat menyenangkan.
b. Anak patut dihargai dan disayangi sebagai pribadi yang unik.
c. Anak hendaknya menjadi pelajar yang aktif. Mereka perlu didorong untuk membawa pengalaman, gagasan, minat, dan bahan mereka ke kelas. Mereka dimungkinkan untuk membicarakan bersama dengan guru mengenai tujuan bekerja/belajar setiap hari, dan perlu diberi otonomi dalam menentukan bagaimana mencapainya.
d. Anak perlu merasa nyaman dan dirangsang di dalam kelas. Hendaknya tidak ada tekanan dan ketegangan.
e. Anak harus mempunyai rasa memiliki dan kebanggaan di dalam kelas. Mereka perlu dilibatkan dalam merancang kegiatan belajar dan boleh membawa bahan-bahan dari rumah.
f. Guru merupakan nara sumber, bukan polisi atau dewa. Anak harus menghormati guru, tetapi merasa aman dan nyaman dengan guru. Robot kecil tidak akan belajar, dan juga tidak kreatif.
g. Guru memang kompeten, tetapi tidak perlu sempurna.
h. Anak perlu merasa bebas untuk mendiskusikan masalah secara terbuka baik dengan guru, maupun dengan teman sebaya. Ruang kelas adalah milik mereka juga dan mereka berbagi tanggung jawab dalam mengaturnya.
i. Kerja sama selalu lebih dari kompetisi
j. Pengalaman belajar hendaknya dekat dengan pengalaman dari dunia nyata.
3. Pengaturan ruang kelas
Pengaturan ruang kelas yang baik untuk memupuk belajar yang bermakna dan kreativitas pada anak, yakni ruang kelas yang terbuka. Kelas terbuka ini mempunyai struktur yang tidak kaku, kurang ada tekanan terhadap kinerja siswa, dan lebih banyak pada perhatian individual.
Kelebihan kelas terbuka ini, adalah menekankan pembelajaran individualized, yakni didasarkan pada minat, pengalaman, kekuatan, kelemahan dan gaya belajar siswa. Selain itu, ruang kelas akan merangsang secara visual, yakni siswa dapat memajang hasil karya mereka di kelas dan bebas menggantinya sesuai dengan keinginan mereka, selain hasil karya, siswa juga dapat menghadirkan bahan-bahan pendidikan ke dalam kelas.
4. Strategi mengajar
Untuk meningkatkan kreativitas siswa dalam pembelajaran, guru dapat menggunakan sejumlah strategi khusus, diantaranya:
a. Penilaian. Yang dapat guru lakukan yaitu; 1) memberikan umpan balik yang berarti dari pada evaluasi yang abstrak dan tidak jelas; 2) melibatkan siswa dalam menilai pekerjaan mereka sendiri dan belajar dari kesalahan mereka; 3) penekanannya hendaknya terhadap ”apa yang telah kau pelajari?” dan bukan pada ”bagaimana kau melakukannya?”.
b. Hadiah. Guru dapat menggunakan strategi pemberian hadiah, namun hadiah yang terbaik adalah tidak berupa materi, bisa dengan anggukan atau senyuman, kata penghargaan, kesempatan untuk menampilkan dan mempresentasikan pekerjaan sendiri dan pekerjaan tambahan.
c. Pilihan. Guru dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih, misalnya boleh memilih topik karangannya sendiri.
Selain yang telah dikemukakan di atas, dalam pelaksanaan pembelajaran kreatif hendaknya memperhatikan hal-hal berikut:
1. Memahami sifat yang dimiliki anak
Pada dasarnya anak memiliki sifat: rasa ingin tahu dan kebebasan berimajinasi. Kedua sifat tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/berpikir kritis dan kreatif.
2. Mengenal anak secara perorangan
Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam pembelajaran kreatif perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran. Semua anak dalam kelas tidak selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya. Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih dapat
dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya). Dengan mengenal kemampuan anak, kita dapat membantunya bila mendapat kesulitan sehingga anak tersebut belajar secara optimal.
Teknik Pembelajaran Kreatif
Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu, untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif diperlukan berbagai ketrampilan, diantaranya adalah ketrampilan membelajarkan atau ketrampilan mengajar. Keterampilan mengajar merupakan kompetensi profesional yang cukup kompleks, sebagai integrasi dari berbagai kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh.
Menurut Zainon AS, keterampilan mengajar yang sangat berperan dan menentukan kualitas pembelajaran, meliputi:
1. Ketrampilan bertanya sangat perlu dikuasai guru untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan.
2. Penguatan merupakan respon terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan terulangnya kembali perilaku tersebut. Penguatan bertujuan untuk meningkatkan perhatian peserta didik terhadap pembelajaran, merangsang dan meningkatkan motivasi belajar, meningkatkan kegiatan belajar, dan membina perilaku yang produktif.
3. Mengadakan variasi merupakan ketrampilan yang harus dikuasai guru yang bertujuan untuk meningkatkan perhatian peserta didik terhadap materi standar yang relevan, memberikan kesempatan bagi perkembangan bakat peserta didik terhadap berbagai hal baru dalam pembelajaran, memupuk perilaku positif peserta didik dalam pembelajaran, serta memberi kesempatan kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuannya. Variasi dapat dilakukan pada gaya mengajar, penggunaan media dan sumber belajar, pola interaksi, dan variasi dalam kegiatan pembelajaran.
4. Menjelaskan adalah mendeskripsikan secara lisan tentang sesuatu benda, keadaan, fakta, dan data sesuai dengan waktu dan hukum-hukum yang berlaku. Penjelasan dapat diberikan selama pembelajaran, baik di awal, di tengah, maupun di akhir pembelajaran. Penjelasan harus bermakna dan menarik perhatian peserta didik dan sesuai dengan materi standar dan kompetensi dasar.
5. Membuka dan menutup pelajaran merupakan dua kegiatan rutin yang dilakukan guru untuk memulai dan mengakhiri pelajaran. Membuka dan menutup pelajaran yang dilakukan secara profesional akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan pembelajaran.
6. Membimbing diskusi kelompok kecil yang bermanfaat agar siswa dapat berbagi informasi dan pengalaman dalam pemecahan suatu masalah, meningkatkan pemahaman terhadap masalah yang penting dalam pembelajaran, meningkatkan ketrampilan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan, mengembangkan kemampuan berfikir dan berkomunikasi, membina kerjasama yang sehat dalam kelompok yang kohesif dan bertanggung jawab.
7. Mengelola kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kelas adalah kehangatan dan keantusiasan, tantangan, variasi, fleksibel, penekanan pada hal-hal positif, dan penanaman disiplin diri. Komponen keterampilan mengelola kelas adalah penciptaan dan pemeliharaan iklim pembelajaran yang optimal, keterampilan yang berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar yang optimal, pengelolaan kelompok dengan cara peningkatan kerjasama dan keterlibatan siswa dan menangani konflik dan memperkecil masalah yang timbul, serta menemukan dan mengatasi perilaku yang menimbulkan masalah.
8. Mengajar kelompok kecil dan perorangan merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap peserta didik, dan menjalin hubungan yang lebih akrab antara guru dengan peserta didik maupun antara peserta didik dengan peserta didik.
Simpulan
Pembelajaran bebasis kreativitas merupakan pembelajaran yang berupaya membangun pengalaman belajar siswa dengan berbagai keterampilan proses untuk mendapatkan pengalaman dan pengetahuan baru, serta memiliki kemampuan berpikir kreatif.
Dalam Pembelajaran kreatif, dituntut seorang guru yang memiliki kreativitas tinggi untuk menciptakan situasi pembelajaran yang mendorong kreativitas siswa selama proses pembelajaran.
Daftar Rujukan
Munandar, Utami. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2004
http://wijayalabs.blogspot.com/2008/01/pembelajaran-kreatif.html
http://forum.dudung.net/index.php
http://blog.unila.ac.id/sinung/2009/09/17/menciptakan-pembelajaran-kreatif-dan-menyenangkan-untuk-peningkatan-kualitas-pembelajaran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar