Senin, 14 Desember 2009

LANDASAN TEORI DAN TEKNOLOGI MANAJEMEN

A. PENDAHULUAN
Teknologi pendidikan merupakan konsep yang kompleks, yang dapat dikaji dari berbagai sisi. Pada awal perkembangannya, teknologi pendidikan selalu dikaitkan dengan peralatan audio visual, kemudian berkembang ke paradigma yang mengkaji dari pendekatan system dan teori komunikasi dalam kegiatan pendidikan, selanjutnya berkembang paradigma dengan pendekatan manajemen proses instruksional, yang kemudian berkembag paradigma dengan pendekatan ilmu perilaku yang terfokus pada diri peserta didik. Pada paradigma baru yang berkembang, teknologi pendidikan yang merupakan perkembangan internal untuk lebih menegaskan identitas teknologi pendidikan, yang memfokuskan pada pemecahan masalah belajaryang bertujuan, terarah, dan terkendali.
Seiring dengan perubahan paradigma inilah, maka secara operasional teknologi pendidikan dipandang sebagai proses yang bersistem dalam membantu memecahkan masalah belajar manusia, baik di tingkatan makro maupun di tingkatan mikro (pembelajaran di dalam kelas).
Adapun cara pemecahan masalah pendidikan dan pembelajaran yaitu: 1) memadukan berbagai macam pendekatan dari bidang ekonomi, manajemen, psikologi, rekayasa dan lain-lain secara bersistem; 2) memecahkan masalah belajar pada manusia secara menyeluruh dan serempak, dengan memperhatikan dan mengkaji semua kondisi dan saling keterkaitan di antaranya; 3) menggunakan teknologi sebagai proses dan produk untuk membantu memecahkan masalah belajar; 4) timbulnya daya lipat atau efek sinergi, dimana penggabungan pendekatan dan atau unsur-unsur mempunyai nilai lebih dari sekedar penjumlahan. (Miarso dalam Bambang Warsita, 2008: 58).
Pelaksanaan sistem pendidikan tidak akan mampu mencapai tujuan pendidikan tanpa adanya pengelolaan/ manajemen yang profesional. Begitupun dalam proses pembelajaran di dalam kelas akan berhasil, jika seorang pendidik mampu merancang strategi pembelajaran yang efektif, mampu mengelola sistem pembelajaran, dan mengevaluasi proses pembelajaran. Untuk itu, tenaga pendidik dan kependidikan perlu memahami teori manajemen dan kontribusinya dalam pembelajaran, serta aplikasi atau penerapan teori manajemen tersebut dalam pemecahan masalah pembelajaran.
Namun, tidak jarang kita temui, seorang pendidik yang tidak mampu mengelola kelas secara efektif dan efesien, misalnya melakukan pembelajaran tanpa membuat rancangan pembelajaran terlebi dahulu dan ada pula pendidik yang belum memahami teknik evaluasi pembelajaran yang efektif. Hal ini merupakan masalah yang perlu adanya solusi, misalnya dengan pemberian pemahaman pada pendidik tentang teknik manajemen pembelajaran.
Menganalisa penjelasan di atas, sebagai seorang pendidik maka sangat penting untuk dikaji tentang teori teknologi manajemen dan kontribusinya dalam teknologi pendidikan. Penulis mengangkat rumusan masalah yang akan dibahas yakni; bagaimana teori- teori manajemen?; bagaimana kontribusi teori manajemen dalam teknologi pendidikan?; dan bagaimana aplikasi/penerapan teknologi manajemen dalam pemecahan masalah pembelajaran?

B. Teori Manajemen
1. Pengertian Manajemen
Dari segi bahasa, kata “manajemen” berasal dari bahasa latin yaitu dari asal kata “manus” yang berarti tangan dan “agere” yang berarti melakukan. Kata- kata tersebut digabung menjadi kata kerja “managere” yang artinya menangani. Dalam bahasa Inggris “managere” dalam bentuk kata kerja yakni “to manage” dan kata benda management”, dan “manager” untuk orang yang melakukan kegiatan manajemen. Sementara itu, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi “manajemen” atau “pengelolaaan” (Husaini Usman, 2006: 3 )
Menurut Chuck Williams (2001: 8), manajemen adalah bekerja melalui orang lain untuk menyelesaikan tugas-tugas yang membantu pencapaian sasaran organisasi seefisien mungkin.
Sementara itu, Nanang Fattah (2001: 1) mendefinisikan manajemen sebagai ilmu, kiat dan profesi. Manajemen dikatakan sebagai ilmu oleh Luther Gulick karena manajemen dipandang sebagai suatu biang pengetahuan yang sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerja sama. Dikatakan sebagai kita oleh Follet karena manajemen mencapai sasaran melalui cara-cara dengan mengatur orang lain menjalankan dalam tugas. Sedangkan dipandang sebagai profesi karena manajemen dilandasi oleh keahlian khusus untuk mencapai suatu prestasi manajer dan para profesional dituntun oleh suatu kode etik.
Berdasarkan paparan di atas, dapat penulis simpulkan bahwa manajemen merupakan suatu ilmu dan cara menggerakkan orang-orang untuk menjalin kerja sama dalam menjalankan tugas masing-masing pada suatu organisasi, sehingga tujuan organisasi dapat tercapai seefektif dan seefisien mungkin. Dan orang yang memiliki ilmu dan keterampilan ini disebut sebagai manajer.
2. Falsafah Manajemen
Manajemen sebagai pengetahuan juga disusun dengan ciri-ciri spesifik mengenai apa (ontology), bagaimana (epistemology), dan untuk apa (aksiologi), ketiganya berkaitan satu sama lain (sistemik). Adapun falsafah manajemen pada hakikatnya menyediakan seperangkat pengetahuan (a body of related knowledge) untuk berfikir efektif dalam memecahkan masalah-masalah manajemen. (Nanang Fattah, 2001: 11)
Dasar falsafah manajemen dibagi dalam tiga jenis hakikat yaitu hakikat tujuan manajemen, hakikat manusia, dan hakikat kerja. Menurut Shrode dan Voich (1974) tujuan manajemen adalah produktivitas dan kepuasan. Untuk meningkatkan produktivitas tersebut, maka perlu diperhatikan perilaku manusia, sosial dan segala aspeknya.
Hakikat manusia menurut Nanang Fattah (2001: 18), adalah manusia memiliki tenaga dalam yang menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan, dalam diri manusia terdapat fungsi yang rasional, bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial, manusia juga mampu mengarahkan diri ke tujuan positif, mampu mengatur dan mengontrol diri dan menentukan nasibnya, manusia pada hakikatnya dalam proses berkembang dan tidak pernah selesai, manusia mampu melibatkan dirinya untuk kepentingan dirinya dan orang lain, manusia juga mempunyai potnsi yang perwujudannya sering tak terduga dan potensi itu terbatas. Sedangkan hakikat kerja merupakan kegiatan dalam melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan atas dorongan atau motivasi tertentu.
3. Teori dan Prinsip- Prinsip Manajemen
Menurut Nanang Fattah (2001: 11) teori manajemen mempunyai peran (role) atau membantu menjelaskan perilaku organisasi yang berkaitan dengan motivasi, produktivitas, dan kepuasan (satisfaction). Karakteristik teori manajemen secara garis besar dapat dinyatakan: a) mengacu pada pengalaman empirik, b) adanya keterkaitan antara satu teori dengan dengan teori yang lain, c) mengakui kemungkinan adanya penolakan.
Dalam perkembangan teori manajemen, dikenal tiga teori manajemen, yaitu; teori klasik, tori neo klasik, dan teori modern. (Nanang Fattah, 2001: 22-32).
a. Teori klasik, berasumsi bahwa para pekerja atau manusia itu sifatnya rasional, berfikir logik, dan kerja merupakan suatu yang diharapkan. Beberapa pelopor teori klasik antara lain; Frederik W Taylor (1956-1915) dengan teori manajemen ilmiah (scientific management), Henri Fayol (1916) dengan teori 5 pedoman manajemen, Gulick dan Urwick (1930) dengan teori akronim POSDCORB, dan Max Weber (1947) dengan teori birokrasinya.
b. Teori neo klasik, berasumsi bahwa manusia itu makhluk sosial dengan mengaktualisasikan dirinya. Pelopor teori neo klasik ini, antara lain; Elton Mayo dengan studi hubungan antar manusia (studi Hawthorne), Douglas McGregor, menyatakan bahwa manajemen akan mendapatkan manfaat besar bila ia menaruh perhatian pada kebutuhan sosial dan aktualisasi diri karyawan, Vromm (Filley, et al., 1976) dengan teori harapan (ekspektasi), McClelland dengan teori prestasinya, dan Porte dan Lawler (1968) dengan teori yang dibangun atas dasar teori ekspektasi.
c. Teori modern, pendekatan modern berdasarkan hal-hal yang sifatnya situasional, artinya orang menyesuaikan diri dengan situasi yang dihadapi dan mengambil keputusan sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan. Asumsinya bahwa orang itu berlainan dan berubah baik kebutuhannya, reaksinya, tindakannya yang semuanya bergantung pada lingkungan. Teori modern dengan pandangan sistem memandang organisasi itu terbuka (open system) dan kompleks. Tiga unsur pokok, yaitu analisis sistem, rancangan sistem, dan manajemen memberi petunjuk dalam mengoperasionalkan pendekatan sistem.
Menurut Nanang Fattah (2001: 12) prinsip-prinsip manajemen penting dalam menentukan cara/ metode kerja, pemilihan pekerja dan pengembangan keahliannya, pemilihan prosedur kerja, menentukan batas-batas tugas, mempersiapkan dan membuat spesifikasi tugas, melakukan pendidikan dan latihan, dan menentukan sistem dan besarnya imbalan. Semuanya dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas, esiensi, dan produktivitas kerja.
Adapun prinsip-prinsip manajemen tersebut banyak dikemukakan oleh para ahli, namun pada hakikatnya memiliki kesamaan. Fayol mengemukakan sejumlah prinsip, yaitu; pembagian kerja, kejelasan dalam wewenang dan tanggung jawab, disiplin, kesatuan komando, kesatuan arah, lebih memprioritaskan kepentingan umum/ organisasi dari pada kepentingan pribadi, pemberian kontra prestasi, sentralisasi, rantai skalar, tertib, pemerataan, stabilitas dalam menjabat, inisiatif, dan semangat kelompok.
Semua prinsip di atas dijadikan patokan dalam praktik manajerial yang memiliki orientasi tertentu. Berdasarkan orientasinya, dikenal 4 prinsip manajemen yaitu; manajemen berdasarkan sasaran, manajemen berdasarkan orang, manajemen berdasarkan struktur, dan manajemen berdasarkan informasi.
4. Peran dan Fungsi Manajemen dalam Pendidikan
Penyelenggaraan pendidikan yang bermutu dan merata, akan menghadapi tantangan yang semakin kompleks. Untuk itu, perlu adanya pengelolaan sistem pendidikan yang profesional. Disinilah peran manajemen dalam pelaksanaan sistem pendidikan.
Manajemen pendidikan merupakan suatu proses yang meupakan daur (siklus) penyelenggaraan pendidikan dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pelaksanaan, pemantauan, dan penilaian tentang usaha sekolah untuk mencapai tujuannya. (Hasbullah, 2006: 109)
Husaini Usman (2006: 10) mengemukakan bahwa substansi garapan manajemen pendidikan sebagai proses disebut juga sebagai fungsi manajemen, adalah; a) perencanaan; b) pengorganisasian; c) pengarahan (motivasi, kepemimpinan, pengambilan keputusan, komunikasi, koordinasi, dan negosiasi, serta pengembangan organisasi); d) pengendalian meliputi pemantauan (monitoring), penilaian dan pelaporan.
Adapun ruang lingkup fungsi manajemen pendidikan yaitu; manajemen peserta didik, tenaga pendidik dan kependidikan, keuangan, sarana dan prasarana, humas, dan manajemen layanan khusus.
Jadi pada hakikatnya, peran manajemen dalam pendidikan adalah sebagai pengelola sistem pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Sedangkan fungsi manajemen yang juga dipandang sebagai proses mencakup proses/fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian (pengawasan dan evaluasi) terhadap pelaksanaan sistem pendidikan di lembaga pendidikan (sekolah).


C. Kontribusi Teori Manajemen dalam Teknologi Pendidikan
Dalam kajian teknologi pendidikan, teori manajemen mengalami proses perekembangan. Pada awalnya manajemen dipandang penting untuk mengawasi proses dan hasil pembelajaran di lingkungan sekolah. Pada tahun 1972, manajemen dipandang sebagai supervisi personel dan pengelolaan organisasi. Kemudian pada tahun 1977 manajemen dipandang sebagai proses pengembangan Instruksional dan sistem pembelajaran berbasis teknologi (AECT, 1977). Dan pada perkembangan tahun 1994, Seels dan Richey (1994) mendefinisikan “Management meanth planning, coordinating, organizing, and supervising resources, information, and delivery systems in the context of managing instructional design (ID) projects.” (Alan Januszewski dan Michael Molenda, 2008: 176)
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen dalam teknologi pendidikan adalah suatu proses pengelolaan desain instruksional (desain pembelajaran) yang mencakup proses perencanaan, koordinasi, organisasi dan supervisi sumber, informasi, dan sistem pembelajaran.
Adapun kontribusi teori manajemen dalam teknologi pendidikan dapat dilihat pada program manajemen dalam teknologi pendidikan antara lain; manajemen proyek, manajemen sumber, manajemen personal, dan manajemen program. (Alan Januszewski dan Michael Molenda, 2008: 183)
Adapun fungsi manajemen proyek dalam pendidikan adalah proses perencanaan, monitoring, dan pengendalian proyek desain dan pengembangan desain instruksional. Sedangkan fungsi manajemen sumber adalah perencanaan, pemantauan, dan pengendalian sistem pendukung dan pelayanan sumber (sumber mencakup personil keuangan, bahan baku, waktu, fasilitas, dan sumber pembelajaran). Fungsi manajemen personal adalah menyiapkan orang-orang yang ahli dalam pengelolaan berbagai sumber belajar. Sedangkan manajemen program berfungsi sebagai supervisi dan kontrol/pengawasan terhadap seluruh aktivitas manajemen sebelumnya, agar proses manajemen pengelolaan desain instruksional tersebut dapat berjalan efektif dan efisien.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kontribusi teori manajemen dalam teknologi pendidikan adalah sebagai pengelola teknologi pendidikan, adapun proses manajemen tersebut berperan dalam konteks manajemen desain instruksional. Komponen desain instruksional yang menjadi objek manajemen adalah manajemen proyek desain, manajemen sumber/ media pembelajaran (mencakup teknologi cetak, teknologi audio visual, teknologi berbasis komputer, dan teknologi terpadu), dan manajemen sumber belajar yang mencakup pesan, orang, bahan, peralatan (fasilitas), teknik, dan latar (setting) yang mencakup lingkungan fisik dan nonfisik. Dan keseluruhan proses teknologi manajemen tersebut pada dasarnya memberikan kontribusi dalam memecahkan masalah-masalah pembelajaran, agar proses pembelajaran dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

D. Aplikasi Teknologi Manajemen dalam Pemecahan Masalah Pembelajaran
Pembelajaran merupakan proses interaksi pendidik dan pembelajar, di dalam interaksi tersebut akan terjadi proses transformasi pengetahuan, nilai, dan budaya. Namun proses pembelajaran tersebut tidak selalu berjalan sesuai harapan, tetapi akan timbul berbagai masalah.
Pendidik (guru) adalah seorang manajer dalam kelas, pendidiklah yang bertanggung jawab dalam melakukan proses pengelolaan baik pra pembelajaran, proses pembelajaran di dalam kelas hingga pasca pembelajaran, maka pendidiklah yang berusaha mencari solusi dalam memecahkan masalah-masalah pembelajaran yang timbul.
Penerapan manajemen Instruksional merupakan salah satu cara seorang pendidik mampu menemukan solusi terhadap masalah yang dihadapi. Penerapan manajemen dapat dilakukan dengan mengelola desain Instruksional yang efektif, yaitu dengan merumuskan tujuan yang yang berpusat pada pengembangan kognitif, afektif dan psikomotorik pembelajar, mengembangkan dan memanfaatkan media pembelajaran yang bervariatif dan efektif, mengembangkan strategi pembelajaran, dan memanfaatkan aneka sumber belajar, serta menyusun rancangan evaluasi yang efektif.
Disamping itu, manajemen juga dapat diterapkan dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan melakukan pengelolaan kelas, misalnya pengaturan tempat duduk, ventilasi, pengaturan penyimpanan barang-barang, menciptakan suasana sosio-emosional, dan menciptakan kondisi organisasional.
Dalam pengelolaan pembelajaran, teknologi manajemen dimanfaatkan dalam mengembangkan, merancang, dan melaksanakan strategi pembelajaran dengan pola sistem belajar mandiri dengan memanfaatkan belajar dengan bantuan komputer, belajar jarak jauh (distance learning), belajar melalui modul, belajar terbuka (open learning), dan pola-pola pembelajaran lainnya.

E. Penutup
Manajemen pada hakikatnya merupakan proses pelaksanaan suatu sistem, agar tercapai tujuan yang diharapkan. Dalam sistem pendidikan, teori manajemen dimanfaatkan sebagai proses pengelolaan sistem pendidikan yang mencakup manajemen personel, peserta didik, tenaga pendidik dan kependidikan, humas, sarana dan prasarana, dan layanan khusus.
Dalam teknologi pendidikan, teori manajemen memberikan kontribusi dalam pengelolaan desain instruksional, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi terhadap pelaksanaan Instruksional/pembelajaran. Proses manajemen tersebut bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah pembelajaran guna mewujudkan tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Sedangkan penerapan teknologi manajemen dalam memecahkan masalah-masalah pembelajaran dapat dilihat dengan terciptanya seorang pendidik yang memiliki kemampuan manajerial dalam mengelola desain Instruksional, melaksanakan pembelajaran dengan memanfaatkan metode dan media yang variatif (berbasis teknologi), melakukan berbagai strategi dan pola pembelajaran yang merupakan hasil pengembangan teknologi pendidikan, dan pemanfaatan aneka sumber belajar, sehingga masalah-masalah pembelajaran dapat diatasi dan pembelajaran berjalan secara efektif dan efisien.


DAFTAR RUJUKAN
Fattah, Nanang. 2001. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Januszewski, Alan dan Michael Molenda. 2008. Educational Technology; A definition With Commentary. New York: Taylor and Prancis Group LLC

Rohani, ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Seifert, Kelvin. 2007. Manajemen Pembelajaran dan Instruksi Pendidikan (Manajemen Mutu Psikologi Pendidikan Para Pendidik). Jogjakarta: Rineka Cipta

Usman, Husaini. 2006. Manajemen; Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran; landasan dan Aplikasinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Williams, Chuck. 2001. Manajemen. Jakarta: Salemba Empat

Tidak ada komentar: